Hidup adalah suatu pilihan


Menentukan pilihan hidup memang bukan perkara mudah, apalagi jika resiko didalamnya diperkirakan sama-sama memiliki imbas yang cukup besar yang tidak hanya pada diri sendiri tapi juga pada orang disekitarnya.

Dalam posisi seperti ini, rasionalitas jelas harus dijaga agar selalu lebih unggul daripada emosi hati. Meski sudahlah mafhum rasanya tidak ada rasionalitas yang meluap-luap, sebaliknya yang sering ada adalah emosi yang meluap-luap. Dengan kata lain, kalaulah ada “the power of nekad”, maka tentu harus pula diimbangi dengan “rasa syukur yang dahsyat!”

Dan karena hidup itu sendiri adalah pilihan, maka sesulit apapun mau tidak mau tetap harus memilih. Kalau sudah begini, rasanya penting untuk dicatat seperti apa kata Albert Einstein, ” berupayalah tidak hanya menjadi manusia yang sukses, tapi juga menjadi manusia yang bernilai.”

Maka pilihan hidup yang baik tentu tidak hanya semata agar menjadi manusia yang sukses, tapi juga bagaimana menjadi manusia yang bernilai.Mungkin ini sepenggal cerita tentang hidupku untuk memilih jalan hidup yg akan saya jalani.

Seperti bermula saat saya kuliah masuk Universitas Widyatama Bandung pada saat 2004. Universitas yang menurut saya kampus yang megah dan berkualitas. saat itu saya masuk jurusan Teknik Informatika S1, saya sangat menyukai dunia komputer meskipun pada saat itu saya belum bisa menguasai dengan baik di dunia komputer. Entah kenapa saat itu saya berfikiran untuk masuk ke jurusan yang sebenarnya saya tidak bisa untuk untuk menguasainya.

Karena saya lulusan IPS dan saya lemah dengan namanya matematika dan fisika alhasil saya merasa saya salah mengambil jurusan saat itu. 1 tahun saya di jurusan tersebut dengan tantangan yg menurutku berat bagi saya. saat itu saya hanya mampu mendapatkan IPK 2.11 sangatlah kecil untuk suatu nilai namun saya mencoba berjuang memperbaiki nilai dan belajar menjadi lebih baik. Tapi itulah saya terkadang hanya modal nekad buat menjadi lebih baik. dan tetap saya harus ngesot untuk berjuang di jurusan tersebut.

Saat itu saya tidaklah sendiri, saya punya kekasih di kampus dan kelas yang sama. Pacarku itu tidaklah begitu cantik cuma dia menarik bagi saya karna kita sama-sama dari daerah yg sama akhirnya kita pun punya  kecocokan dan akhirnya bersama. Saat itu saya hanya berfikir buat belajar dan pacaran hanyalah sesuatu kesenangan menghilangkan stres dengan nilai yang kecil dan pacarpun membuat saya menjadi bersemangat untuk belajar. 

Dia begitu baik namun karna dia memiliki kendaraan bermobil itu yg membuat saya merasa minder dalam arti saya gak enak karena saya hanya mengendarai sepeda motor. Hari demi hari bersama dan pada akhirnya kita berpisah, mungkin karena saya terlalu cuek dan tidak merasa pede kalau saya bersama dia. Dan saat putus kita seperti layaknya teman saat kita kenal sebelumnya, saya sendiri dan dia pun telah sendiri.

1 tahun telah terlewati pada akhirnya saya menyerah,akhirnya saya berniat untuk pindah dan saat itu jurusan yang saya minati adalah jurusan bahasa jepang dan perfileman. 

Saya harus memilih salah satu dari jurusan itu dan akhirnya saya berniat ingin masuk di Insititut Kesenian Jakarta yaitu jurusan perfileman. Karana banyak halangan pikiran yg membuat saya berfikir apakah biaya di sana bisa mencukupi atau tidak karena yang saya tahu buat tugas dan biaya semester dan hariannya di sana tidaklah murah. dan akhirnya saya tidak jadi untuk melanjutkan ke IKJ. 

Berminggu-minggu saya mencari universitas dan jurusan yg menurutku cocok buat  kedepannya, akhirnya saat ada pembukaan mahasiswa baru saya mendaftarkan diri di Unpad dan Widyatama lagi. 

Dan akhirnya sayapun gagal di Unpad dan saya memilih kembali ke Widyatama kembali.  Saat itu saya mendaftarkan jurusan bahasa jepang dan Manajemen bisnis.

Mungkin karna saya bermodal nekad di Jurusan Bahasa pada akhirnya saya tidak di terima di bahasa namun saya keterima di manajemen bisnisnya. Namun saya kaget pada saat itu biayanya 2x lipat dari biaya saya masuk ke universitas ini sebelumnya dan akhirnya saya melanjutkan ke Manajemen Bisnis melalui jalur perpindahan mahasiswa bukan melalui jalur pendaftaran mahasiswa baru ,dan saya menjadi mahasiswa lagi meskipun dengan jurusan yang berbeda tapi dengan biaya yg sama dengan biaya saat aku mendaftar di tahun yang saya menjadi mahasiswa teknik.

Akhirnya saya menjadi mahasiswa baru dengan teman-teman baru, suasana baru, pacar baru dan dosen yg baru. Mungkin ini jalan hidupku yang sebenarnya sudah di atur oleh Sang Pencipta.

Hidup adalah suatu pilihan, ini mengapa ternyata dunia bisnis ini adalah dunia yang aku pilih. Berprofersi berbisnis sudah menjadi suatu  cerita yg menarik dalam hidupku. Kuliah bukanlah buat mencari kerja namun buat mencari ilmu buat masa depan kita.

0 Response to "Hidup adalah suatu pilihan"